KH Luqman Hakim: Tanpa Cinta Allah, Puasa Hanya Lapar dan Haus
Seluruh ibadah dan kebaikan manusia merupakan wujud kekuasaan Allah atas segala sesuatu. Bagitu juga dengan ibadah puasa yang di dalamnya penuh dengan cinta Allah. Sebab, tanpa Cinta-Nya, puasa hanya mendapatkan lapar dan dahaga.
Hal itu disampaikan Direktur Sufi Center KH M. Luqman Hakim yang menekankan kepada setiap umat Islam agar senantiasa memohon cinta, kasih sayang, dan kebaikan dari Allah. Karena itu, manusia hendaknya bersyukur masih diberi kesempatan beribadah dan berbuat baik.
“Tanpa cinta dari allah puasa kita hanya lapar dan dahaga. Belajar menjalankan puasa dengan cinta,” ujar Kiai Luqman dikutip NU Online, Rabu (8/5) lewat twitternya.
Menurutnya, ketika seseorang sedang berpuasa, ia sedang kembali menuju fitrah dan diberi petunjuk melalui puasa bulan Ramadhan agar hati kita tersenyum setulus bayi.
“Agar kita mengenal kembali bayi maknawi (thiflul ma’ani) yang hakiki,” jelas Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor, Jawa Barat itu.
Kiai Luqman menegaskan bahwa peran Allah SWT sesungguhnya sangat diperlukan bagi setiap hamba yang berpuasa. Ia mengungkapkannya sebagai berikut:
Jika Allah Meridhoimu, kamu pasti puasa
Jika Allah Mencintaimu, kamu pasti puasa
Jika Allah Menjaminmu, kamu pasti puasa
Jika Allah Menyayangimu, kamu pasti puasa
Jika Allah Mencahayai hatimu, kamu pasti puasa.
Puasa yang untuk-Nya
Jika tidak, kamu kelihatannya saja puasa, batinmu tidak
(Fathoni/NU Online)
Hal itu disampaikan Direktur Sufi Center KH M. Luqman Hakim yang menekankan kepada setiap umat Islam agar senantiasa memohon cinta, kasih sayang, dan kebaikan dari Allah. Karena itu, manusia hendaknya bersyukur masih diberi kesempatan beribadah dan berbuat baik.
“Tanpa cinta dari allah puasa kita hanya lapar dan dahaga. Belajar menjalankan puasa dengan cinta,” ujar Kiai Luqman dikutip NU Online, Rabu (8/5) lewat twitternya.
Menurutnya, ketika seseorang sedang berpuasa, ia sedang kembali menuju fitrah dan diberi petunjuk melalui puasa bulan Ramadhan agar hati kita tersenyum setulus bayi.
“Agar kita mengenal kembali bayi maknawi (thiflul ma’ani) yang hakiki,” jelas Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor, Jawa Barat itu.
Kiai Luqman menegaskan bahwa peran Allah SWT sesungguhnya sangat diperlukan bagi setiap hamba yang berpuasa. Ia mengungkapkannya sebagai berikut:
Jika Allah Meridhoimu, kamu pasti puasa
Jika Allah Mencintaimu, kamu pasti puasa
Jika Allah Menjaminmu, kamu pasti puasa
Jika Allah Menyayangimu, kamu pasti puasa
Jika Allah Mencahayai hatimu, kamu pasti puasa.
Puasa yang untuk-Nya
Jika tidak, kamu kelihatannya saja puasa, batinmu tidak
(Fathoni/NU Online)