Akadi Alias Dirjo - Si Raja Makan Asal Kudus

Banyaknya porsi makan berbanding lurus dengan waktu yang diharapkan untuk menghabiskannya. Sepiring nasi munjung (berlimpah), hanya butuh waktu Dirjo sekitar 2 menit untuk menandaskannya. Kebiasaan makan banyak itu sudah menempel semenjak ia masih bocah. Sampai sekarang, lelaki yang bekerja sebagai sopir truk ini masih mempunyai kebiasaan yang sama. Di kalangan teman seprofesinya, tak jarang ia dipanggil Rai Badokan yang kemudian disingkat RB. Rai merupakan bahasa Jawa yang berarti muka. Badokan, istilah yang kasar, berarti makan. Kemudian diartikan sebagai orang yang mempunyai tampang banyak makan. “Karena dianggap kasar, kemudian Rai Badokan diganti Raja Badok atau Raja Makan,” tutur laki-laki berperawakan tinggi besar tersebut. Orang yang tinggal di sekelilingnya sudah paham dengan kebiasaan makan Dirjo.
Dirjo bercerita, pemilik atau penjaga warung yang disambanginya ketika istirahat mengemudi truk tak jarang terheran-heran. Sebab, sekali makan ia bisa menghabiskan 4 hingga 6 porsi makan. Sekali makan pula ia bisa menghabiskan uang sekitar Rp 30.000 hingga Rp 50.000 di warung tepi jalan yang sederhana. “Biasanya pemilik warung akan berseloroh, makannya kok banyak gitu,” tutur Dirjo. Menu kuliner yang paling disukainya yakni nasi sambal. Pernah dalam suatu kesempatan ia makan di angkringan atau hik, Dirjo menghabiskan 25 bungkus nasi kucing. Nasi kucing yakni istilah bagi nasi yang tersedia di angkringan atau warung hik di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Porsinya kecil, di dalam nasi ada lauknya satu jenis yang juga berukuran kecil. Semisal bandeng, sarden, daging ayam, telur dadar, ati ayam atau usus. “Pedagangnya hingga geleng-geleng, kok bisa habis banyak banget nasinya,” ungkap Dirjo tergelak.
Baca Juga
Meski mempunyai kebiasaan makan di luar batas kewajaran, hingga ketika ini Dirjo belum pernah mengeluh sebab gangguan kesehatan. Dia mengimbanginya dengan berolahraga bulutangkis tiga kali dalam seminggu. “Kalau penyakit tidak ada keluhan, baik perut maupun lainnya. Terus kemarin aku tes kesehatan kadar gula normal. Kolesterol tidak terlalu tinggi. Yang agak tinggi cuma asam urat,” paparnya. Banyaknya porsi makan tidak menciptakan sang istri, Astuti (40), kelimpungan. Bahkan Tuti merasa bahagia sebab masakannya selalu habis dilalap suami. “Dia paling suka makan nasi sambal. Bisa sambal terasi atau sambal bledeg. Masak sekilo beras bisa dihabiskan ia sendiri,” tuturnya. Saat Astuti memasak kuliner berkuah. Dirjo tidak lagi memakai piring sewaktu makan. Dia akan memakai bejana ukuran sedang. Seperti biasa, ia akan tambah nasi lagi dan lagi hingga merasa kenyang.
Sumber https://tokohpenemu.blogspot.com/