Kunci Balasan Buku Tematik Tema 6 Kelas 6 Halaman 14, 15, 16, 17, 19

Kunci Jawaban Kelas 6 Tema 6 Halaman 14, 15, 16, 17, 19 – Buku siswa kelas 6 tema 6 edisi revisi 2018 diterbitkan dengan judul Menuju Masyarakat Sejahtera dengan subtema 1 berjudul Masyarakat Peduli Lingkungan.
 diterbitkan dengan judul Menuju Masyarakat Sejahtera dengan subtema  Kunci Jawaban Buku Tematik Tema 6 Kelas 6 Halaman 14, 15, 16, 17, 19

Pada subtema 1 pembelajaran 3 terdiri dari 8 halaman yaitu halaman 13-20. Dalam pembelajaran 3 ini terdapat beberapa subjudul yaitu :

  • Ayo Membaca halaman 13 dan 17
  • Ayo Mengamati halaman 14
  • Ayo Berdiskusi halaman 15
  • Ayo Berlatih halaman 16 dan 19
  • Ayo Renungkan halaman 20


Di antara subjudul-subjudul tersebut, teman-teman akan menemukan soal-soal yang harus dikerjakan. Pada postingan ini saya mencoba membantu teman-teman untuk mengerjakan soal-soal yang disajikan di halaman 14, 15, 16, 17, 19. Berikut ini kunci balasan buku siswa kelas 6 tema 6 subtema 1 pembelajaran 3 halaman 14-19 :

Ayo Mengamati
 diterbitkan dengan judul Menuju Masyarakat Sejahtera dengan subtema  Kunci Jawaban Buku Tematik Tema 6 Kelas 6 Halaman 14, 15, 16, 17, 19

Pada halaman 14, teman-teman diminta mengamati sebuah gambar yang disajikan. Kemudian teman-teman diminta menuliskan hasil pengamatan.

Jawaban (Halaman 14)

Amatilah gambar di atas. Kemudian, tuliskan hasil pengamatanmu mengenai gambar pada kolom berikut!
Warga di lingkungan tersebut memberlakukan aturan khusus yaitu menetapkan pukul 18.30-21.00 sebagai waktu belajar. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memahami betul ihwal hak pendidikan bagi seluruh warganya terutama bagi pelajar.

Ayo Berdiskusi

Pada halaman 15, disajikan beberapa soal yang harus teman-teman selesaikan.

Jawaban (Halaman 15)

Bersama seorang temanmu, diskusikan ihwal hal berikut!
1. Apakah yang dimaksud dengan kewajiban?
Kewajiban ialah sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab.

2. Apa kewajibanmu sebagai seorang siswa, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumahmu?
Belajar, menghormati orang bau tanah dan guru, mengerjakan kiprah sekolah, menjaga kebersihan, membantu orang tua, dan menaati peraturan sekolah.

3. Bagaimanakah sikapmu terhadap kewajiban yang kau miliki?
Menerimanya dengan rasa tanggung jawab.

4. Mengapa kau harus bersikap ibarat jawabanmu pada soal nomor 3?
Karena dibalik kewajiban yang saya lakukan, saya juga mendapat hak baik di rumah dan di sekolah. Sehingga dengan melaksanakan kewajiban, hak dan kewajiban menjadi seimbang.

Ayo Berlatih

Pada halaman 16 hingga terdapat sebuah tabel yang harus diisi. Teman-teman diminta menuliskan upaya yang sanggup dilakukan untuk mengisi kemerdekaan.

Jawaban (Halaman 16-17)

Apa upaya yang sanggup dilakukan untuk mengisi kemerdekaan? Tuliskan dalam tabel berikut! 
 diterbitkan dengan judul Menuju Masyarakat Sejahtera dengan subtema  Kunci Jawaban Buku Tematik Tema 6 Kelas 6 Halaman 14, 15, 16, 17, 19

Ayo Membaca

Pada halaman 17 hingga 19, disajikan sebuah teks yang harus teman-teman baca.

Kerukunan di Kampung Wonorejo, Papua
Kampung Wonorejo, Arso Timur, Papua ialah salah satu kampung transmigran. Warganya berasal dari banyak sekali tempat padat penduduk di Pulau Jawa. Kondisi tersebut membuat warga di kampung Wonorejo mempunyai perbedaan suku, agama, dan budaya.

Di Kampung Wonorejo, posisi rumah warga bersebelahan. Semua warga dekat tak terkecuali anak-anak. Setiap hari bawah umur di Kampung Wonorejo pergi ke sekolah bersama. Itu sebabnya mereka sangat akrab. Mereka suka bermain bersama dan sering menghabiskan waktu di rumah satu sama lain.

Meskipun berbeda suku, kebersamaan begitu kental terlihat dalam keseharian mereka. Setiap simpulan ahad bawah umur Kampung Wonorejo berkumpul di balai utama kampung. Biasanya, mereka olahraga bersama atau sekadar bermain-main. Bagi bawah umur yang menginjak usia sampaumur akan mendapat penyuluhan ihwal menjaga kebersihan diri dikala pubertas dari tenaga kesehatan. Kadang-kadang mereka juga membantu orang bau tanah yang sedang bekerja bakti membersihkan lingkungan.

Semua warga di Kampung Wonorejo hidup rukun. Mereka menyadari bahwa para jagoan telah meraih kemerdekaan dengan semangat usaha tinggi. Dalam meraih kemerdekaan, para pejuang tidak memandang per-bedaan daerah, agama, dan suku bangsa. Mereka bersatu padu untuk merebut kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah. Oleh alasannya ialah itu, semua warga Kampung Wonorejo ingin menjaga persatuan di tempat mereka sebagai wujud menjaga kesatuan NKRI. Mereka hidup rukun dalam perbedaan.

Potret Kampung Wonorejo, Arso Timur, menunjukkan kepada kita ihwal kerukunan dalam keragaman. Semua warga kampung hidup rukun walaupun berbeda asal seruan suku bangsa, agama, dan budaya. Keragaman suku bangsa menjadi modal sosial dalam pembangunan.

Keberadaan banyak sekali suku bangsa yang ada di Kampung Wonorejo ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah ihwal transmigrasi. Program transmigrasi di mulai semenjak pemerintahan Orde Baru pada tahun 1961. Pemerintah Orde Baru menggalakkan jadwal transmigrasi sebagai upaya untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera. Melalui jadwal ini mengambarkan bahwa sesudah mengikuti transmigrasi, masyarakat mempunyai rumah, lahan pertanian, dan keterampilan sebagai bekal hidup di lokasi transmigrasi. Program tersebut bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini berlandaskan pada hak setiap warga negara untuk mendapat penghidupan dan pendidikan yang layak dari negara.
Saat ini latar belakang kehidupan warga di Kampung Wonorejo sudah mengalami percampuran budaya dan agama. Sebagian warga Kampung Wonorejo sudah melaksanakan kesepakatan nikah antarsuku. Bagi warga Kampung Wonorejo, keragaman ialah kekayaan mereka.

Dalam perkembangannya, ada beberapa yang harus diperhatikan antara Kampung Wonorejo dan kampung-kampung sekitarnya, contohnya Kampung Kibay. Penduduk orisinil Kibay terdiri atas 121 kepala keluarga. Sebagian dari mereka tersebar di Distrik Arso. Wilayah Kibay mempunyai potensi sumber daya alam ibarat hutan dan hasil pertanian. Warga di Kampung Kibay menanam sayur dan umbi-umbian untuk dikonsumsi sebagai masakan pengganti beras. Para perempuan di kampung ini juga terampil menganyam noken dari kulit pohon. Sebagian warga bekerja serabutan penebang kayu, tukang bangunan, dan buruh harian di perkebunan sawit.

Potret Kampung Kibay memberi citra kepada kita ihwal mata pencaharian sebagian besar penduduk orisinil Papua dan para transmigran, ibarat di Kampung Wonorejo. Di Kampung Wonorejo, kehidupan masyarakat cukup harmonis. Mereka hidup berdampingan dengan penduduk orisinil Papua. Apabila terjadi insiden yang menyangkut hukum, ibarat pencurian atau gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat akan diproses secara hukum. Akan tetapi, sebelumnya mereka harus menuntaskan persoalan tersebut melalui paguyuban adat. Jika ada kerusuhan di Kampung, paguyuban selalu berperan penting dalam proses penyelesaian masalah.

Para perempuan di Kampung Wonorejo dan Kampung Kibay juga saling bertukar pengetahuan antara perempuan Papua dan perempuan transmigrasi yang berasal dari Jawa. Para perempuan Jawa mengajarkan perempuan Papua cara membuat masakan ringan manis dari materi tepung singkong dan cara membuat sayur dari batang pohon pisang. Sebelumnya orang Papua, selalu membuang batang pohon pisang yang sudah ditebang. Berkat pengetahuan dari perempuan Jawa, sekarang mereka memanfaatkan batang pisang menjadi sayur yang lezat.

Penduduk orisinil Papua dan warga transmigran saling bertoleransi. Mereka saling menghormati perbedaan agama maupun budaya. Mereka menganggap bahwa perbedaan budaya dan agama merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang harus dijaga. Para penduduk bisa hidup rukun berdampingan sebagai satu bangsa yaitu bangsa Indonesia.

Warga Kampung Kibay dan Kampung Wonorejo tetap menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mereka juga menjaga persatuan dan kesatuan serta selalu menjunjung tinggi semboyan Bhinneka Tunggal Ika dalam segala perbedaan yang ada. Mereka mempunyai jati diri sebagai bangsa Indonesia yang beretika dan santun, serta mempunyai jiwa gotong royong, dan toleransi tinggi. Mereka ingin membuat kehidupan di bumi Indonesia yang damai, tenteram, hidup rukun berdampingan.

Oleh: Nirwasita
Diolah dari: http://www.kompasiana.com/spiritofpapua/migrasi-dan-perempuan-dalam-keragaman-kampung-wonorejo_56990c2ff67e61f40a27f392

Ayo Berlatih

Pada halaman 19, teman-teman diminta menjawab pertanyaan yang disajikan.

Jawaban (Halaman 19)

A. Jawablah pertanyaan di bawah ini secara lisan!
1. Apa judul bacaan di atas?
Kerukunan di Kampung Wonorejo, Papua

2. Apa kata kunci pada judul bacaan di atas?
Kampung rukun.

3. Apakah warta dari bacaan menurut kata kunci pada judul?
Meski warga Kampung Wonorejo mempunyai perbedaan suku, agama, dan budaya, mereka bisa hidup rukun. Selain itu, warga Kampung Wonorejo juga bisa hidup berdampingan dengan warga Kampung Kibay dalam kerukunan, toleransi, gotong royong, dan kedamaian.

B. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan menuliskan pada kolom tersedia!
1. Apa yang sanggup kau lakukan sebagai warga masyarakat dalam memaknai kemerdekaan?
Lebih semangat dalam belajar, mengikuti lomba yang diadakan di lingkungan tempat tinggal, dan menjaga kerukunan antar sesama.

2. Bagaimana pelaksanaan kewajibanmu sebagai warga masyarakat?
Saya selalu berusaha melaksanakan kewajiban sebagai warga masyarakat ibarat menghormati tetangga, menjaga kebersihan lingkungan, dan menjaga kerukunan dengan tetangga.

Demikian kunci balasan buku siswa kelas 6 tema 6 Menuju Masyarakat Sejahtera halaman 14, 15, 16, 17, 19. Semoga membantu teman-teman dalam menjawab soal-soal yang disajikan.
Sumber https://koesrow.blogspot.com/

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel