Naskah Teater Indonesia Lakon Jpret Karya Putu Wijaya
TEPAT PADA WAKTUNTA KEMUDIAN LAMPU PADAM. PARA PEMAIN MENGAMBL POSISI DI TENGAH LANTAI PERTUNJUKAN. MEREKA DALAM POSISI MEMBUAT SEBUAH POTRET BERSAMA. MASING-MASING BERUSAHA UNTUK MENUNJUKKAN IDENTITASNYA. PROPERTI POKOK YANG MEREKA PERGUNAKAN DI TANGAN MASING‑MASING. MEREKA MEMANDANG KE ARAH PENONTON DENGAN KELU.
BUNYI YANG TAJAM, LIRIH, MENUSUK DISERTAI OLEH CAHAYA MISTERIUS YANG MELUMURI POTRET ITU. SEMENTARA BAGIAN PANGGUNG LAIN GELAP. BERDIRI PALING TENGAH ADALAH PERAN UTAMA.
CAHAYA YANG SURAM, MAKIN TERANG‑MAKIN TERANG.
SUARA TIMPANI. SUARA DRUM MAKIN KERAS‑MAKIN KERAS. MEMUNCAK. SEBAGAI KLIMAKSNYA TIBA‑TIBA JATUH SEBUAH BENDA ANEH DARI ATAS KE DEPAN. ORANG‑ORANG ITU. SEMUANYA TERKEJUT, BERSERAK LARI MENYELAMATKAN DIRI. TINGGAL PEMERAN UTAMA YANG MELIHAT KEJADIAN ITU. IA MENGHAMPIRI BENDA TERSEBUT DENGAN HATI‑HATI.
DUA ORANG PENONTON DARI KIRI‑KANAN MUNCUL MENONTON. PERAN UTAMA MENCOBA MENGANGKAT BENDA ITU. MESKIPUN AMAT BESAR, IA BERHASIL MENJUNJUNG DENGAN KEDUA TANGANNYA. IA MELIHAT KE SEKELILING MENCARI TEMPAT UNTUK MEMBUANG BARANG ITU.
RUPANYA BARANG IU TERLALU BERAT. PERAN UTAMA JATUH. IA BERUSAHA UNTUK BERTAHAN, TETAPI TAK BERHASIL. BARANG ITU AKHIRNYA MENINDIHNYA. KINI IA BERUSAHA UNTUK MELEPASKAN DIRI, TAPI SIA‑SIA. IA TERJEPIT OLEH BENDA ITU.
TERDENGAR SUARA LONCENG BERTALU‑TALU. PERAN UTAMA MENYERAH.
KEDUA PENONTON PERGI KE SAMPING DAN BERSERU. SEDANGKAN PERAN
UTAMA MULAI MENCOBA LAGI MENGGERAK‑GERAKKAN TANGAN SERTA KAKINYA UNTUK KELUAR DARI JEPITAN BARANG ITU.
PERAN UTAMA MENGENAKAN SEBUAH TOPENG PUTIH YANG RATA, TAK BERMATA, TANPA HIDUNG TANPA MULUT.
PENONTON
Sudah, cukups, jangan dikerjain lagi ! ( Penonton ini jika bicara pada beberapa kata tertentu ada bunyi s seolah-olah ia berbicara dalam bahasa abnormal )
PENONTON
Jangan diulang‑ulang lagi, ia mau terus kini mencari yang lain !
PENONTON
Tinggalkans dulu, ia sudah habis !
PENONTON
Beri ia kesempatan bernafas, jangan dihajar terus.
PENONTON
Sekarangs ! Tinggalkan ia kini juga !
PENONTON
Kalau tidak, ia bisa mati !
PENONTON
Masak kiprah utama mati ? Nggak lucu dongs !
PENONTON
Sudah ! Cukup ! Cukup !
PERAN UTAMA UNTUK TERAKHIR KALINYA MENCOBA MENGGERAKKAN TUBUHNYA UNTUK MELUPUTKAN DIRI. KAKI DAN TANGANNYA BERGETAR, BENDA ITU IKUT BERGETAR.
PERAN UTAMA
( mengaduh panjang ) Aaaaaaaaaaaaaaaaaak!
PENONTON
Cukup, cukup !
SENTAKAN KERAS. PERAN UTAMA BERHENTI BERGETAR. PENONTON YANG SATU MEMERIKSA.
PENONTON
Sudah, jangan, jangan !
PENONTON
Cukup ! Dia sudah habis.
PENONTON YANG SATU MENGHAMPIRI. KEDUANYA MEMERIKSA. KEDUANYA BERPANDANG‑PANDANGAN DENGAN KECEWA. WARTAWAN MUNCUL MEMOTRET KORBAN ITU.
PENONTON ( kepada Wartawan )
Eeeeee jangan, jangan !
PENONTON ( memberi arahan )
Jangan !
( Wartawan mundur )
Ini kesalahan tolong jangan diganggu dulu. Ya.
( murka menendang barang itu )
Bangsat ! Kenapa dibunuh. Kasih kesempatan kek sebentar.
( menendang barang itu lagi )
Apa, sih, apa sih ini, tiba‑tiba jatuh saja dari atas sana jika orang lagi seneng.
( mau menendang lagi, tapi kemudian tak jadi, menoleh pada Peran Utama )
Kamu juga yang tolol ! Begini saja udah keok. Sudah tahu ada yang nggak‑nggak malah dipikul‑pikul. Mau ngetop ya !
( menghentakkan kakinya )
Huh !
PENONTON
Jadi bagaimana kini ?
PENONTON
Ya buat apa semua ini jika ia mati. Kita cari yang lebih ampuh saja sebelum keburu malam. Kitakan perlu hiburan, buat apa nonton orang mati begini. Nggak ada seninya.
PENONTON
Belum tentu.
PENONTON
Paling banter disuruh ikut ngubur. Ntar banyak yang nangis lagi, ibarat film India saja. Kitasudah bayar mahal kan, masak disuruh ikut nangis. Rugi dong !
PENONTON
Kali alasannya ialah mati ia jadi lebih hebat.
PENONTON
Apa ?
WARTAWAN
Mungkin justru alasannya ialah ia mati, ia tambah hebat.
PENONTON
Ah masak ?!
TIBA‑TIBA TERDENGAR SUARA SIRINE. PEMAIN-PEMAIN BERMUNCULAN MAU MEMBANTU MENGANGKAT BENDA BESAR ITU, MENYELAMATKAN PERAN UTAMA.
PENONTON
Itu ia ! Para pemainnya. Cepat, cepetan !
PENONTON
Kok gres datang. Selalu begini. Kalau udah rampung gres muncul. Buat apa dong, sudah mati begitu !
PENONTON
Stttt. Kita minggir dulu !
PEMAIN
Tenang ! Perhatikan baik-baik, jangan salah angkat nanti ambrol semua !
PARA PEMAIN DENGAN GESIT MENGANALISA SITUASI DAN KEMUDIAN MENCOBA MEMINDAHKAN BARANG BESAR YANG MENJEPIT ITU. ADA YANG MENCOBA UNTUK MERAWAT PERAN UTAMA.
PENONTON ( mengejek )
Alah, alah, nggak ada gunanya, nggak ada, pakai aksi‑aksi begitu !
PENONTON
Sttttt ! Ayo minggir !
( ia sendiri minggir kesamping )
Ayo jangan mengganggu .
PENONTON ( mendekat )
Buat apa, buat apa, heeee, lihat, ia sudah koit gitu !
( menarik salah satu membawanyake erat Peran Utama yang tergeletak )
Periksa dulu dong masih hidup kagak ?! Jangan asal gedebakgedebuk !
PEMAIN
Yang tidak berkepentingan minggirrrrrr !
PENONTON ( memanggil kawannya )
Ayo kasi mereka kesempatan cepetan !
PENONTON
Heee, dikasih tahu kok bandel. Mati itu, sudah mati !
PEMAIN
Yang tidak berkepentingan keluaarrr !
PENONTON
Goblok !
PEMAIN
Kamu siapa ? Penonton kan ?!
PENONTON
O ya !
( mengatakan karcisnya )
Ini karcis beli di loket bukan permintaan gratis.
PEMAIN ( menilik karcis, kemudian mengembalikan )
Maaf, daerah Anda di situ
( menunjuk penonton )
di sini hanya untuk pemain. Silakan !
PENONTON ( ketawa )
Ngusir ini ?
PEMAIN ( keras )
Silakan !
( kepada kawannya )
Tolong antarkan ke kursinya !
SESEORANG CEPAT MUNCUL MEMPERSILAKAN PENONTON MENGIKUTINYA.
PENONTON
Lho, ini kok ibarat maksa.
PEMAIN
Cepat !
PENONTON ( protes )
Lho !
PENONTON YANG SATU CEPAT BERLARI MENGHAMPIRI KAWANNYA DAN MENARIK NYA. PENONTON ITU TIDAK SUDI, PEMAIN DAN PENONTON YANG LAIN MEMAKSA NYA MINGGIR.
PENONTON
Lho, lho ini apa‑apaan, ini sudah memaksa namanya !
PENONTON
Sudah, sudah, ssttttt !
PENONTON ITU SETENGAH DISERET KELUAR. MASIH TERDENGAR SUARA PERTENGKARAN DI LUAR KARENA IA PROTES.
PEMAIN
Sekali lagi yang tidak berkepentingan silakan minggir. Berikan kami kesempatan untuk memulai.
( melihat jam tangannya )
Ini sudah terlambat sekali.
( bunyi protes Penonton yang dibawa keluar sudah padam, para Pemain yang membawa ke luar sudah masuk kembali dan menempati posisinya untuk mengangkat barang itu )
Terimakasih. Perhatiannnn semua, satu, dua ! Mulai !
TERDENGAR SUARA GENDERANG BERTALU‑TALU. SEMUA PEMAIN MENGANGKAT BERAMAI‑RAMAI BARANG ITU, SEHINGGA PEMAIN UTAMA TIDAK TERJEPIT LAGI.
PEMAIN
Tahan !
SEMUA BERTAHAN MENJUNJUNG BEBAN ITU PEMAIN NENEK MENDEKATI PEMA
IN UTAMA DAN MEMERIKSA. IA MELEPAS TOPENG PEMAIN UTAMA. LALU
MELAMBAI-LAMBAIKAN TOPENG ITU, PERAN UTAMA TAMPAK TUA DAN BREWOKAN
MUKANYA LAYU, CAPEK DAN SEDIH. IA MENCOBA BICARA TAPI TAK MAMPU. PARA WARTAWAN MENGABADIKAN. TOPENG YANG BARU SAJA DILEPASKAN ITU DILAMBAI-LAMBAIKAN NENEK DENGAN TONGKATNYA
NENEK ( sehabis menilik )
Ya, benar, ia sudah mati.
( menggugat )
Berapa banyak lagi orang akan mati untuk menebus hutang‑hutang ini ? Siapa lagi yang akan terbunuh untuk membebaskan kita dari perangkap yang buas ini ? Setiap kali saya senang alasannya ialah ada yang muda dan cendekia ibarat ini, tiba‑tiba saja mampus tidak karuan. Aku galau bagaimana melanjutkan semua ini. Makin usang makin pilihan orang orang yang mati.
( mencoba membangunkannya lagi, tapi sia‑sia )
Tidak, kau tidak mati. Peran utama tak bisa mati. Kamu masih hidup, kau terus hidup, kau mati untuk hidup infinit di dalam jiwaku .
(mengangkat Peran Utama )
Lihat, ia belum mati, ia masih hidup. Dia tidak pernah mati !
ORANG‑ORANG YANG MEMEGANGI BENDA ITU SUDAH TIDAK KUAT LAGI MEMIKUL. MEREKA BERLUTUT. BENDA ITU MAKIN RENDAH, SEHINGGA HAMPIR SAJA MENGENAI KEPALA NENEK YANG MEMEGANGI PERAN UTAMA. NENEK MENDUSIN LALU MENDONGKRAKNYA DENGAN TONGKAT YANG BERISI TOPENG PUTIH ITU.
NENEK
Oit, jangan macam-macam ya. Berhenti di situ saja !
( pada Pemain Utama )
Kamu sudah berjuang hingga titik darah yang penghabisan, dengan gagah berani. Dia tidak perlu lagi mengangkat apa‑apa. Dengan semangat yang ditinggalkannya, mereka akan sanggup mengangkat nasib buruk.
(kepada Pemain lain )
Ayo angkat lagi ! Sekarang giliran kau !
( sambil melepaskan tongkatnya ).
SUARA GENDERANG BERTALU‑TALU, TETAPI BEBAN ITU MAKIN TURUN, MAKIN TURUN TERUS. ORANG‑ORANG YANG MENGANGKATNYA TAK BERDAYA.
NENEK
Sekarang giliran yang lain untuk mencangkul. Kamu mati untuk hidup di dalam jiwa kami untuk membabat habis raksasa supaya kita bebas dari ketakutan. Merdeka dan lepas dari segala kutukan Hidup berdikari dan berbahagia, gemah ripah loh jinawi ibarat di dalam pewayangan. Aduh !
DENGAN BERDENTAM BENDA ITU JATUH LAGI DAN MENJEPIT SEMUA ORANG.
TERMASUK NENEK. WAKTU ITU PENONTON MASUK LAGI. PARA WARTAWAN BERAKSI LAGI.
PENONTON
Eeeee, lagi, lagi. Ini belum siap !
PENONTON
Lihat, sudah tak bilangin. Habis, bandel, sih.
PENONTON
Tapi mungkin ini perlu.
PENONTON
Perlu apaan. jika sudah begini, mati semua termasuk figuran‑figurannya apanya yang perlu. Apa yang bias diharap kecuali dikubur. Kita penggali kubur memang nya ? Tak usah ya !
PENONTON
Mungkin ini semua semacam tugu peringatan, begitu. Seperti naik kendaraan beroda empat begitu, tiba‑tiba ada gambar je rangkong di tikungan supaya sopirnya hati‑hati. Lha ini semua kan bisa semacam itu juga. Ya kan ?
PENONTON
Ya jika gambar jerangkong, jika ini jerangkongnya sendiri, mau apa lhu ?!
SALAH SATU PEMAIN TIBA‑TIBA KELUAR DARI HIMPITAN BARANG ITU.
PEMAIN
Ini masih juga di sini, kenapa sih ?! Mengganggu saja! Ayo pergi.
PENONTON
Lho ente bukannya sudah mati ?
PEMAIN
Orang belum simpulan sudah kasih komentar, ya niscaya kelirunya, dong. Ayo minggir.
PENONTON
Tuh lihat, bener nggak ?! Ayo
( ngasih arahan pergi)
PENONTON
O jadi pura‑pura ini, bilangin dong, jadi kita ngerti dikit. Habis kurang informasi sih ! Sialan, dibohongin melulu, mentang‑mentang penonton.
PEMAIN
Cepat !
TERDENGAR SUARA GEMURUH. ENTAKAN KAKI RAKSASA. KEDUA PENONTON ITU TERSURUK JATUH OLEH GETARAN ENTAKAN KAKI.
PEMAIN
Makanya jangan dekat, sudah disediakan daerah di situ, kok malah cari kerjaan ke mari.
PENONTON
Habis kau tolol begitu, bagaimana tidak ingin tau kita. Masak ngangkat begituan saja kagak bisa. Tidak perlu mati semua begitu jika pakai otak dikit. Sudah tahu berat, ya tak usah dipikul, lari kek, apa salahnya lari demi keselamatan.
PENONTON
Atau ukur dulu barangnya dan cari nalar !
PEMAIN
Sudah !
PENONTON
Sudah apa, belum begitu !
PEMAIN
Lho kok ngotot.
PENONTON
Habis jika dikasih tahu, mesti bilang udah-udah, semuanya belum siap.
PEMAIN
Belum siap apa ?
PENONTON
Kalau sudah siap, baramg beginian saja diangkat banyak orang begitu masak kagak bisa. Kita pakai sebebelah kaki saja bisa
( mencoba mengangkat tapi tak bisa )
PEMAIN
Coba !
PENONTON
Ah tapi ini kan bukan kiprah kami, nanti jika dibantu malah manja, itu tidak mendidik. Kok malah Penonton yang harusnya dihibur yang disuruh mengangkat.
( mendekati temannya )
bagaimana sih ?!
PENONTON ( berbisik )
Berat ya ?
PENONTON
Busyet berat juga.
( teriak )
Ayo angkat lagi !
PEMAIN
Beban ini jika tidak diangkat memang ringan, tapi begitu dicoba ia eksklusif berat. Seperti melawan
PENONTON
Ah masak, jangan ngarang.
PENONTON
Beban kok melawan, memangnya manusia.
PEMAIN
Kalian tidak paham.
PENONTON
Tidak paham ? Tidak paham apa ? Kami tiba kemari alasannya ialah paham. Kalau tidak paham kami tidak akan di sini nonton.
PENONTON
Kumat lagi ini, kita selalu dihina dianggap tidak paham.
PENONTON
Biasa, jika sudah gagal, kita yang disalahkan, tapi jika dikasih tahu, ngeyel.
PENONTON
Goblok. Udah potret saja semoga mampus.
SATU WARTAWAN HENDAK MEMOTRET.
PENONTON
Eeee ini ada lagi, jika orang lagi murka omongannya jangan didengar. Tahu ?! Minggir !
BERSAMBUNG
Sumber https://profilbintangdunia.blogspot.com/