Ketua Forum Kiai Kampung Nusantara Menolak Keputusan Ijtima Ulama III

Ketua Forum Kiai Kampung Nusantara atau FKKNU, KH Abd Tawwab Hadlory menolak hasil keputusan ijtima ulama III yang diikuti kurang lebih 500 orang mengatas namakan ulama, Jumat (3/5/2019).

Beliau menilai para ulama tersebut tidak mewakili dua ormas terbesar Islam di Indonesia yakni Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.

“Sementara keulamaannya tidak jelas habitatnya dan mengklaim seakan-akan telah mewakili keberadaan umat Islam Indonesia yang kurang lebih berjumlah 207 juta,” kata KH Abdut Tawwab.

“Di dalam ijtima ulama itu sendiri tidak ada perwakilan dari ormas Islam terbesar seperti NU dan Muhammadiyah,” tambahnya.

Oleh karena itu pihaknya mengimbau kepada segenap umat Islam Nusantara agar tidak terpengaruh dengan ulah dan pernyataan dari ijtima ulama tanpa didukung dengan data dan fakta yang valid.

“Sebagaimana dikatakan oleh para ulama Man Takallama Bilaa Daliilin Kal Kalaamis Syaithon, barang siapa yg berkata tanpa dalil (data dan fakta) maka perkataannya bagaikan perkataan syaithon alias perkataan ahli fitnah,” demikian jelas KH Abd Tawwab.

Pengasuh Pondok Pesantren Darus Sa’adah Surabaya ini memberikan beberapa data yang mengacu pada jumlah ulama dan kiai yang asli. Jumlah Pondok Pesantren se Indonesia menurut data tahun 2016 sebanyak 28.194, jika tiap pesantren memiliki 5 ulama maka jumlahnya adalah 140.970 ulama.

Data lain menunjukkan Lembaga Perguruan Tinggi Islam (PTI) tahun 2015 sejumlah 6000 PTI. Jika tiap PTI memiliki 20 dosen/ kiai/ ulama, jumlahnya 120.000 ulama.


Jumlah Masjid menurut Jusuf Kalla sebagai Ketua Dewan Masjid Indonesia 1.000.000 bangunan, jika tiap masjid memiliki 4 kiai/ulama, maka jumlahnya sudah mencapai 4.000.000.

“Jadi total ulama/asli se Indonesia 4.260.970 ulama. Secara ilmiah, maka gugurlah klaim ijtima ulama III yang mengklaim atas nama umat Islam Indonesia,” tegas KH Abd Tawwab.

Ia menilai langkah-langkah yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam ijtima ulama ini, adalah orang-orang bertopeng agama untuk kepentingan ambisi pribadi dan politik.

“Oleh karenanya saya atas nama Ketum FKK Nusantara secara resmi meminta dengan sangat kepada Penyeleggara Pemilu dalam hal ini Bawaslu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) jangan gentar dan jangan mau tunduk dengan berbagai tekanan mereka,” pintanya.

Ijtima umat dan para kiai asli se Indonesia, paparnya, akan ada bersama Penyelenggara Pemilu, yang sementara menurut  pakar, pengamat Pemilu, dan masyarakat bangsa Indonesia telah bekerja keras dengan baik melaksanaksn Pemilu jurdil penuh keterbukaan dalam penghitungan suara, baik secara quick count maupun real count dan bisa diikuti oleh masyarkat umum.

“Juga saya mengimbau kepada kelompok ijtima ulama cobalah buka pintu hati nurani Anda semua, jadilah warga negara yang dewasa, dalam berpolitik seharusnya penuh martabat saling menghargai, menghormati, hindari fitnah dan kebohongan yang hanya menimbulkan keresahan di tengah- tengah masyarakat,” jelasnya.

Indonesia sebagai Negara Hukum, lanjut Kiai, jika mengalami ketidakadilan atau kecurangan dalam Pemilu sebaiknya protes melalui mekanisne hukum, bukan melalui koar-koar di luar tanpa data dan fakta yang valid.

“Kita semua sudah tahu siapa dibalik ijtima ulama ini dengan kepentingannya, termasuk siapa itu juru bicara ijtima ulama, rekam jejaknya sudah banyak orang tahu, dia bukan ulama, dia adalah pengusaha yang berubah berbaju ulama,” tutur KH Abd Tawwab sembari meminta semua elemen masyarakat mampu menahan emosi dan menambah kesabaran hingga pengumuman resmi KPU.

“Mari kita kembali merajut persaudaraan ini, menjadi warga negara yang baik dan dewasa, menuju Indonesia adil dalam kemakmuran, dan makmur dalam keadilan, menjadi bangsa dan negara yang bermartabat berwibawa di mata dunia, teriring doa semoga Indonesia dilindungi dan diberi keselamatan oleh Allah SWT,” imbau Ketua Forum Kiai Kampung Nusantara ini mengakhiri pernyataan soal Ijtima Ulama III.

Source: timesindonesia.co.id

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel